![]() |
Korban serangan israel (aljazeera.com) |
Okeberita.com - Gaza kembali diguncang. Militer Israel melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah utara Jalur Gaza pada Senin (8/7). Serangan ini menewaskan sedikitnya 5 tentara Israel dan melukai 14 lainnya setelah sebuah ledakan besar menghantam pasukan di Beit Hanoun.
Sementara itu, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump
mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di
Gedung Putih untuk membahas rencana kontroversial gencatan senjata yang menuai
kecaman internasional.
57.000 Lebih Warga Gaza Tewas, Situasi Makin Mencekam
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas sejak konflik
meletus pada Oktober 2023 telah mencapai lebih dari 57.000 jiwa, dengan lebih
dari 136.000 orang luka-luka. Sebagian besar korban adalah warga sipil,
termasuk anak-anak dan perempuan.
Kondisi di lapangan kian buruk. Laporan terbaru Al Jazeera
menyebutkan bahwa kasus meningitis dan penyakit menular lainnya meningkat
tajam di antara pengungsi akibat padatnya tempat penampungan dan minimnya
fasilitas medis.
"Gaza tidak hanya menghadapi serangan udara, tapi juga krisis
kesehatan dan kemanusiaan yang luar biasa," tulis jurnalis Al Jazeera dari
lokasi kejadian.
Trump dan Netanyahu Bahas Proposal Kontroversial di Gedung Putih
Dalam pertemuan yang berlangsung di Gedung Putih, Donald Trump dan
Benjamin Netanyahu mendiskusikan sebuah usulan gencatan senjata yang
disebut-sebut menyertakan opsi memindahkan sebagian warga Palestina ke
negara-negara tetangga.
Usulan ini langsung memicu kritik dari banyak kalangan internasional,
karena dianggap sebagai bentuk pemindahan paksa yang bertentangan dengan hukum
humaniter internasional.
"Rencana ini akan menimbulkan ketegangan baru di kawasan dan
memperburuk penderitaan rakyat Palestina," ungkap seorang analis Timur
Tengah yang tidak disebutkan namanya dalam laporan tersebut.
Meski demikian, Netanyahu menyambut baik dukungan Trump dan bahkan
menyebutnya sebagai "pemimpin perdamaian," meskipun secara de facto
Trump tidak lagi memiliki wewenang politik sebagai kepala negara.
Upaya Gencatan Senjata Masih Berlangsung di Qatar
Di tengah situasi yang genting, pembicaraan tidak langsung antara
Israel dan Hamas terus berlangsung di Qatar. Negosiasi tersebut bertujuan
untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata 60 hari, termasuk pertukaran
tawanan dan penarikan sebagian pasukan Israel.
Namun, menurut laporan diplomatik, perbedaan pendirian antara kedua
pihak masih menjadi hambatan utama. Hamas bersikukuh bahwa Israel harus
menarik pasukan secara penuh dari Gaza, sementara Israel menuntut pembubaran
total kelompok bersenjata Hamas.
Laut Merah Kembali Bergejolak, Serangan Houthi Berlanjut
Selain di Gaza, ketegangan juga meningkat di Laut Merah. Kelompok
Houthi di Yaman kembali menyerang kapal dagang internasional menggunakan
drone dan granat roket. Sebagai balasan, Israel membombardir
pelabuhan-pelabuhan utama di Yaman, termasuk Hodeidah dan Ras Isa.
Serangan ini menunjukkan bahwa konflik Gaza telah menjalar ke kawasan
lain, menimbulkan risiko geopolitik dan ekonomi yang lebih luas.
Kesimpulan: Masa Depan Gaza Masih Gelap
Perang berkepanjangan di Gaza kini memasuki fase kritis. Di satu sisi,
serangan Israel terus menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Di sisi lain,
upaya diplomatik melalui jalur Qatar serta pembicaraan antara tokoh politik
seperti Trump dan Netanyahu belum menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Komunitas internasional mendesak gencatan senjata segera, namun realitas di lapangan
menunjukkan bahwa jalur damai masih penuh rintangan.
Sumber informasi:
- Al Jazeera Live Blog – 8 Juli 2025
- Kementerian Kesehatan Gaza
- Laporan diplomatik di Qatar
- Wawancara eksklusif Al Jazeera